Nomor 15/III, 1 Maret 1997
WAWANCARA
Freeport yang Tak Diduga
Peran Pemerintah Indonesia dianggap Bre-X cukup penting. Hanya Freeport yang berhak menjadi operator.
JALANNYA kesepakatan pengelolaan tambang emas Busang tampaknya tidak bisa dilepaskan dari nama John B. Felderhof. Pria berusia 57 tahun kelahiran Belanda tapi warga negara Kanada ini adalah Wakil Presiden Direktur Bre-X Minerals Ltd. Dia ikut langsung melakukan negosiasi antara Bre-X, Barrick, dan Mohamad Hasan sebagai mitra lokal.
Kariernya di dunia pertambangan dimulai sejak sebelum menamatkan sekolahnya di jurusan Structural and Economoic Geology, Universitas Dalhouse, Kanada, pada 1962, dengan bergabung pada Iron Ore Co. Dua tahun kemudian John loncat dan bergabung dengan RTZ di Zambia, kemudian pindah lagi ke perusahaan penambangan Kennecott Corporation pada 1967 dan sempat melakukan eksplorasi di Papua Nugini.
Dari tahun 1970 sampai 1974, John menjadi penyelia pada beberapa eksplorasi di Australia. Sampai tahun 1979 John bergabung dengan A.C.A. Howe Consulting Group, dengan jabatan managing director untuk Afrika Selatan, dan jabatan yang sama untuk Australia dan Asia Tenggara.
Sejak 1980, pria dengan gaya bicara tegas ini mulai masuk Indonesia dengan diawali menjelajahi hutan Kalimantan, Irian Jaya, dan Sumatera. Bagi John, hutan-hutan di Indonesia bagaikan rumah keduanya. Rabu pekan lalu, wartawan Gatra Kukuh Karsadi, Carry Nadeak, dan Beawiharta (fotografer) mewawancarai John B. Felderhof di Hotel Shangri-La, Jakarta. Petikannya:
Bagaimana kronologis perundingan Bre-X dengan Barrick?
Perundingan dengan Barrick dimulai bulan Agustus sampai Desember tahun lalu, kemudian diperpanjang sampai Januari lalu. Barrick sebelumnya memang sudah mendekati kami terlebih dulu, jadi mereka tidak mendadak muncul. Ada beberapa tawaran yang diajukan Barrick. Penasihat keuangan kami, yaitu JP Morgan dan Republic National Bank of New York, keduanya dari Amerika Serikat, menganjurkan untuk menerima tawaran Barrick karena pasti akan diterima oleh para pemegang saham. Tawaran yang dimaksud adalah tawaran bulan Desember lalu, yang besarnya 22,5%.
Apa pertimbangannya?
Yang menjadi pertimbangan adalah nilai ekonominya, bukan hanya besarnya persentase yang ditawarkan Barrick. Jadi sebetulnya antara Bre-X dan Barrick sudah ada kesepakatan, tapi pemerintah tidak setuju dengan kesepakatan itu. Menurut pemerintah, perjanjian baru akan berlaku apabila ketiga pihak, yaitu Bre-X, Barrick, dan Departemen Pertambangan, sebagai wakil Pemerintah Indonesia, mencapai kesepakatan. Tetapi karena hanya Bre-X dan Barrick yang sepakat, sementara pemerintah tidak, maka perjanjian itu tidak berlaku.
Jadi menurut Anda, pemerintah mempunyai skenario tersendiri sehingga tidak mau menyetujui yang sudah dilakukan Bre-X dan Barrick?
Betul, saya rasa memang itu yang diinginkan pemerintah. Seperti yang kita ketahui bersama, akhirnya pemerintah menunjuk Freeport. Argumen pemerintah, menurut saya, karena Freeport memang mempunyai kemampuan dan pengalaman soal pertambangan.
Bagaimana dengan mitra lokal?
Bre-X berpendapat bahwa persetujuan tidak hanya dilakukan dengan mitra asing, yaitu Barrick, melainkan juga dengan mitra lokal. Dan Barrick gagal mencapai kesepakatan dengan mereka, negosiasi dimulai tanpa partner lokal yang seharusnya dilakukan secara paralel atau tandem.
Bagaimana dengan nasib Placer Dome?
Placer Dome untuk beberapa hal memang memiliki kemampuan karena mereka punya pengalaman menambang di Papua Nugini, yang secara geografis dan budaya dekat dengan Indonesia. Jadi Placer Dome sebenarnya juga punya peluang untuk diterima oleh pemerintah.
Berapa tawaran Barrick sebenarnya?
Barrick menawarkan 40% untuk Bre-X. Maaf saya tidak bisa menceritakan lebih jauh soal tawaran Barrick pada bulan Desember itu karena sifatnya rahasia.
Keikutsertaan Freeport apakah ide dari Bre-X?
Tidak. Kami sendiri tidak mengantisipasi kehadiran mereka sebelumnya. Tetapi kami sangat senang dengan kehadiran Freeport karena kemampuan mereka.
Apakah Bre-X sudah pernah bekerja sama dengan Freeport sebelumnya?
Belum, tetapi kami sudah mengenal satu sama kain sebelumnya. Komunitas pertambangan kan tidak banyak, jadi saling kenal.
Bagaimana peran Mohamad Hasan?
Mohamad Hasan-lah yang memperkenalkan kami dengan Freeport, dan perundingan dengan mereka baru kami lakukan baru-baru ini saja. Jadi pada dasarnya Freeport memang ditunjuk oleh pemerintah.
Apakah ada perjanjian antara Bre-X dan Freeport?
Apa yang sudah diputuskan, itulah hasilnya. Tidak ada perjanjian khusus dengan Freeport.
Bagaimana hitungan 15% untuk Freeport?
Kami tidak tahu. Ini sama dengan saat pemerintah memutuskan Barrick mendapat saham 75% dan Bre-X 25%.
Apakah jumlah ini terlalu besar?
Sama sekali tidak.
Apakah jatah saham 45% cukup untuk Bre-X?
Kami cukup senang, walaupun sebenarnya bisa lebih senang lagi dengan jatah yang lebih besar.
Bagaimana dengan tawaran Placer Dome?
Tawaran Placer Dome bisa diterima oleh pemilik saham Bre-X, tetapi emerintah Indonesia memutuskan lain.
Apakah saham Bre-X bisa dimiliki pihak lain, artinya Barrick ataupun Placer Dome bisa saja membeli jatah itu?
Betul. Bahkan individu juga bisa memilikinya kalau dia punya dana yang cukup.
Apa yang akan Bre-X lakukan dengan jatah tadi?
Yang jelas Freeport akan jadi operator nantinya. Kami akan bekerja sebagai satu tim. Tujuan utama kami saat ini adalah bagaimana mengolah cadangan tersebut secepat mungkin sehingga dapat beroperasi. Itu saja.
Apakah Freeport senang dengan jatah mereka?
Ya, mereka cukup senang dengan jatah itu.
Jadi tidak ada lagi kesempatan bagi Barrick atau Placer Dome untuk menjadi operator di Busang?
Tidak, hanya Freeport yang berhak menjadi operator. Kami cukup senang dengan keikutsertaan Freeport.
Saham sebanyak 40% yang jadi jatah Indonesia, siapa saja yang memiliki?
Saya tidak tahu. Yang saya tahu, 10% akan jatuh ke tangan pemerintah di bawah pengawasan Menteri Keuangan, sisanya saya tidak tahu.
Dari jumlah saham 45% jatah Bre-X, apakah Panutan Duta akan kebagian?
Panutan Duta tidak lagi ikut campur dalam hal ini. Secara bisnis, Panutan sudah tidak lagi terlibat, tetapi merekalah yang mempertemukan kami dengan Mohamad Hasan.
Artinya, biaya konsultasi untuk Panutan tidak dibayarkan lagi?
Kami memutuskan hubungan secara baik-baik. Beberapa term dalam kontrak kami dengan Panutan tidak terpenuhi karena itu kemitraan kami berakhir.
Jadi keikutsertaan Panutan hanya pada penunjukan Harsono sebagai Direktur Utama Askatindo?
Benar. Tetapi secara khusus kami tetap menjalin hubungan dengan Panutan.
Apakah tidak ada persentase tertentu untuk Panutan?
Tidak ada.
Untuk pembangunan infrastruktur, berapa jatah tiap-tiap pemegang saham?
Biaya keseluruhan sampai ke tahap produksi, termasuk infrastruktur, akan mencapai US$ 1,6 milyar. Freeport akan mengalokasikan US$ 400 juta, dan sisanya sebesar US$ 1,2 milyar akan dibagi-bagi antara Bre-X dan Indonesia. Jadi Freeport membayar 25% dari keseluruhan biaya. Ini semacam premium sebagai ganti dari keikutsertaannya dalam Busang.
Dari mana dana itu akan diperoleh?
Sindikasi bank tentunya. Freeport yang akan mengatur sindikasinya.
Apakah Anda yakin akan mendapatkan dana sebesar itu?
Sangat yakin. Dengan cadangan emas yang sangat prospektif tersebut, banyak lembaga keuangan yang ingin meminjamkan uangnya.
Berapa target produksi per tahun?
Kami menargetkan sekitar 4 juta ounces per tahun.
Bagaimana dengan biaya produksi per ounce?
Sekitar US$ 100 per ounce. Ini akan menjadi biaya penambangan paling murah di dunia yang pernah ada.
Apakah Anda sering menghadapi kondisi pemerintah turut campur dalam sebuah perundingan penambangan?
Kami punya pengalaman berhubungan dengan pemerintah dalam kaitan dengan peraturan lingkungan hidup, atau suku Aborigin di Australia. Saat menemukan cadangan emas, kami tidak bisa langsung begitu saja berproduksi karena ada masalah conflict of interest. Intervensi pemerintah selalu ada dalam bisnis pertambangan. Cadangan emas yang ditemukan di Busang ini agak berbeda dengan cadangan lain yang ada di dunia. Keikutsertaan Pemerintah Indonesia sangat membantu Bre-X. Campur tangan Pemerintah Indonesia sangat membantu mempercepat proses untuk segera berproduksi.
Bagaimana tanggapan Barrick atas keputusan pemerintah ini?
Mereka harus bisa menerima keputusan tersebut. Sama halnya dengan Placer Dome, mereka juga harus menerima keputusan ini.
Apakah keputusan ini akan mengganggu hubungan Bre-X dengan Barrick?
Negosiasi yang telah kami jalani memang berat, tetapi hubungan kami dalam bisnis ini tetap terbina dengan baik. Kejadian ini menurut saya tidak akan mengganggu hubungan kami.
Bagaimana kelanjutan klaim Jusuf Merukh?
Kami sudah menghubungi biro hukum kami di Australia, Indonesia, dan Kanada. Kami sampai pada kesimpulan bahwa tuntutan Jusuf Merukh tidak mempunyai dasar apa-apa. Saya tidak bisa memberikan keterangan lebih lanjut karena segala urusan sudah kami serahkan pada biro hukum kami.
Bagaimana peran Syakerani sekarang?
Hubungan kami dengan Syakerani sudah berjalan lama, sejak kontrak karya generasi IV di Busang I. Di Busang II dan III kami juga menjalin mitra dengan Syakerani.
Sudah berapa besar dana yang dikeluarkan Bre-X sampai saat ini?
Secara kasar kami sudah mengeluarkan sekitar US$ 25 juta sejak eksplorasi dahulu. Bre-X menganggarkan US$ 2 juta per tahun hanya untuk di Indonesia.
Setelah pengumuman lalu, bagaimana harga saham Bre-X?
Harganya mengalami penurunan sekitar C$ 2, jadi sekitar C$ 20. Para analis pasar modal di Kanada mungkin mengira bahwa pengumuman lalu itu merugikan Bre-X. Kami akan menjelaskan duduk perkara sebenarnya. Ini hanya reaksi awal, nantinya harga saham akan bergerak naik lagi. Saya yakin itu.
gatra.com Copyright c 1996 GATRA, Indonesian Weekly Newsmagazine. All rights reserved |